Tuesday, June 9, 2015

Studio Download dan Essai Optimaslisasi Ukm(Usaha Kecil Menengah) Dengan Kemasan Modern Dalam Rangka Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Studio Musik

OPTIMASLISASI UKM(USAHA KECIL MENENGAH)  DENGAN KEMASAN MODERN DALAM RANGKA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)
Oleh: Zaenul Stiyawan

Telaah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan kesiapan Produk Indonesia
Program Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 bukanlah sebuah proyek �mercusuar� tanpa roadmap yang jelas. MEA sudah barang tentu memiliki arah tujuan yang jelas sesuai dengan Visi MEA. MEA 2015 hanyalah salah satu pilar dari 10 visi mewujudkan ASEAN Community. Kesepuluh pilar visi ASEAN Community tersebut adalah outward looking, economic integration, harmonious environment, prosperity, caring societies, common regional identity, living in peace, stability, democratic, dan shared cultural heritage (Kementerian Luar Negeri, 2014). Atau, kurang benar jika dikatakan MEA adalah ambisi Pemerintah untuk mendongkrak status Indonesia dari Negara berkembang menjadi Negara maju khususnya dalam bidang Ekonomi.
Presiden Soeharto pada pembukaan Sidang Umum MPR, 16 Agustus 1966 mengatakan, �Indonesia perlu memperluas kerja sama Maphilindo untuk menciptakan Asia Tenggara menjadi kawasan yang memiliki kerja sama multisektor seperti ekonomi, teknologi, dan budaya�. Dari situlah pemerintah membuka diri untuk ikut terlibat dalam MEA 2015, tentunya dengan harapan positif, untuk membangun Indonesia untuk menjadi lebih baik, baik dari segi kesehatan, Pendidikan, terkhusus dalam bidang Ekonomi. Dengan terintegrasinya kawasan Asia Tenggara, kawasan ini akan mampu menghadapi tantangan dan intervensi dari luar, baik secara ekonomi maupun militer. Dapat dikatakan bahwa Indonesia adalah inisiator dari terbentuk integrasi kawasan ASEAN. Hanya, perjalanan setiap negara dalam mempersiapkan diri untuk menghadapi ASEAN yang terintegrasi ini berbeda- beda.
Dalam perjalanan kedepannya, langkah periapan negara-negara yang termasuk dalam Kawasan ASEAN sudah barang tentu memiliki strategi dan kesiapan masing-masing. Bagi negara yang sudah siap dengan �pasar bebas� ini harus memilki produk atau strategi baik dalam �percaturan politik Ekonomi� yang terjadi dalam MEA. Bagi Negara yang tidak siap dan tidak memiliki daya saing maka, hanya akan dijadikan sebagai �jajahan Ekonomi� dari negara-negara lain. Ketika kita melihat fenomena masyarakat kita saat ini, maka kita boleh khawatir terhadap MEA 2015. Sebab mengapa? Kebiasaan masyarakat kita yang selalu bangga ketika menggunakan barang dari produk asing, tentu akan menjadi �mangsa empuk� bagi negara-negara lain untuk membanjiri Indonesia dengan produk Mereka. Jika karakter yang seperti ini masih terjadi di Indonesia maka para pedagang kecil yang menyandang status Wong cilik, hanya akan gigit jari karena produk mereka hanya akan dianggap sampah oleh masyarakat kita sendiri. Dengan kata lain, dapat saya katakan bahwa jika di tinjau dari aspek mental, masyarakat kia belum siap. Sebab, kebiasaan konsumtif dan enggan menggunkan produk dalam negeri, akan menjadi masalah besar terhadap perekonomian bangsa kita sendiri. Hal ini tentunya juga akan mengancam kehidupan para pedagang dan Usaha Kecil Menengah (UKM).  Selain itu,Indonesia merupakan negara terbesar di ASEAN, baik dari segi kewilayahan, jumlah penduduk, maupun ukuran ekonominya. Sayangnya, dalam kualitas, terutama daya saing, Indonesia tertinggal cukup jauh dibanding Singapura, Malaysia, dan Thailand. Beberapa studi mengonfirmasikan terkait ketertinggalan Indonesia ini. Studi Bank Dunia (2013) menyebutkan, daya saing produk ekspor Indonesia relatif tertinggal dibanding negara-negara ASEAN lain, terutama kaitannya dengan nilai tambah produk ekspor kita. Komposisi ekspor kita terbesar didominasi komoditas (resource based) dan barang primer (primary product). Kondisi ini menyebabkan ekspor Indonesia rentan dengan gejolak harga. Hal ini pula yang saat ini kita rasakan, ekspor kita melemah akibat pelemahan perekonomian dunia yang menyebabkan harga komoditas dunia juga ikut menurun.
Berbeda dengan Singapura, Malaysia, dan Thailand, sebagian besar ekspornya didominasi oleh produk-produk yang telah disentuh teknologi (medium and high tech product). Kondisi infrastruktur kita juga relatif tertinggal. Infrastruktur logistik kita misalnya berdasarkan Logistics Performance Index (LPI) 2012 yang dikeluarkan Bank Dunia, Indonesia hanya menduduki peringkat ke-59 atau jauh di bawah Singapura yang berada di puncak di antara 155 negara yang disurvei.
Posisi dan daya saing industri logistik Indonesia bahkan kalah dibanding Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Filipina dan hanya unggul terhadap Myanmar dan Kamboja. Indonesia pasar ekonomi yang besar. Kelas menengah Indonesia semakin bertambah. PDB per kapita Indonesia sudah mendekati USD5.000, yang berarti daya beli masyarakat kita yang cukup tinggi. Tingginya daya beli ini akan menjadi boomerang bagi �neraca ekonomi� kita bila daya saing dan kesiapan infrastruktur kita tidak segera dibenahi dalam menghadapi MEA 2015 ini.

Optimaslisasi Usaha kecil menengah (UKM) dengan Kemasan Modern
Dalam MEA 2015 ini, Indonesia dihadapkan dengan kerugian-kerugian jika persiapan mengahadapi pasar bebas ini tidak matang. Hal yang paling ditakutkan adalah kesamaan produk Indonesia dengan negara lain. Kurangnya standardisasi dan seritifikasi produk di dalam negeri akan menciptakan peluang bagi produk impor untuk menggempur perdagangan di Indonesia. Standardisasi dan sertifikasi produk merupakan hal yang penting guna mencegah kesamaan produk Indonesia dengan negara lain. Dalam MEA 2015 mendatang, tempe orek makanan asli Indonesia terancam akan diambil alih negara lain seperti Thailand. Pasalnya dalam pembuatan tempe belum mendapat sertifikasi dan stadardisasi. Kerugian lain yang akan dihadapi adalah terancamnya daya saing tenaga kerja Indonesia. Jumlah tenaga kerja yang kurang terdidik di Indonesia masih tinggi yakni mereka yang berpendidikan di bawah SD dan SMP mencapai 68,27 persen atau 74.873.270 jiwa dari jumlah penduduk yang bekerja sekitar 110.808.154 jiwa. 80 persen pengangguran Indonesia hanya lulusan SMP dan SD. Jika dibandingkan dengan pengangguran negara tetangga, 80 persen pengangguran Singapura dan Malaysia adalah lulusan perguruan tinggi dan SMA.
Jika dilihat dari seg kualitasi tenaga kerja, rasa-rasanya kita memang masih jauh di bawah singapura ataupun malaysia. Untuk itulah pemerintah perlu alternatif lain untuk �menyulap� kondisi masyarakat kita yang sebenarnya belum siap dengan MEA 2015, menjadi siap. Apa solusi tersebut? Yaitu dengan mengoptimalkan Usaha Kecil Menengah. Selama ini Usaha kecil Menengah hanya dilakukan oleh mereka yang memiliki modal minim. Selain itu selama ini, UKM di Indonesia kurang dioptimalkan, karena banyak mereka yang berhenti melanjutkan karena kurangnya modal.  Padahal, ketika UKM ini dioptimalkan, memilki peluang besar bagi pemerintah memperbaiki perekonomian Nasional, dengan memberikan ruang gerak bagi para pengusaha kecil untuk dapat berkembang dengan cara memberikan modal dan pelatihan bagaimana memercantik produk mereka agar dapat bersaing di pasaran. Jika kita meninjau kembali persaingan produk di pasaran, maka selain standardisasi dan kehigenisan produk yang dilihat masyarakat pertamakali adalah kemasan. Contoh saja junk food, soft drink dan jajanan yang menjamur di pasaran kita, kebanyakan memiliki kemasan yang modern dan elegan. Padahal, jika ditinjau dari segi rasa dan kesehatan, makanan Indonesia memiliki variasi rasa yang lebih nikmat dan lebih sehat daripada junk food, soft drink, dan jajanan lainnya yang beredar di pasaran. Namun, kita sekali lagi kalah dalam bidang kemasan. Jika UKM diseluruh Indonsia dibekali dengan pengetahuan dan pelatihan yang cukup dalam bidang pemasaran dengan baik, maka bukan tidak mungkin, dalam MEA 2015 nanti produk dari UKM kitalah yang menguasai pasar bebas.  
Untuk saat ini, kita secara kualitas SDM boleh saja tertinggal dari singapura, thailand maupun malaysis, namun ketika kita mampu mengoptimalkan apa yang kita miliki, maka itu akan menjadi senjata yang luar biasa untuk menyejajarkan bangsa ini dengan bangsa-bangsa lain. Salah satunya melalui UKM. Jika upaya memodernisasi UKM ini mampu berjalan optimal, maka masyarakatpun tidak enggan lagi untuk menggunakan produk dalam negeri. Mental gengsi dari masyarakat terkadang harus dituruti agar kecintaan terhadap produk dalam negeri tidak semakin luntur. Kata �cintailah produk dalam negeri� akan menjadi �basi� ketika produk kita tidak sesuai selera pasar dan masyarakat kita sendiri. Dengan UKM yang memiliki tampilan modern, dan punya produk yang mampu bersaing, bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi raksasa ASEAN dalam bidang ekonomi.


Sumber :
SUNARSIP, 2014. Ekonom The Indonesia Economic Intelligence (IE).www.sunarsip.com



Artikel Terkait

Studio Download dan Essai Optimaslisasi Ukm(Usaha Kecil Menengah) Dengan Kemasan Modern Dalam Rangka Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Studio Musik
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email