MAKALAH
BUDAYA PACARAN DI KAMPUS DALAM PANDANGAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen Pengampu:
- Drs. Setiajid, M.Si.
- Iwan Hardi Sapuro, S.Pd
Oleh :
1) Muh Ikhlasul Amal (3201413011)
2) Leila Febriani (3301413067)
3) Muh Ari Wibowo (3301413078)
4) Firdha Indriani (3401413030)
5) Indah Nur K (3401413053)
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangPada jaman sekarang, kata �Pacaran� sudah tidak asing bagi anak muda sekarang, baik yang masih status pelajar sampai mahasiswa, Pacaran kini sudah menjadi budaya kaum muda jaman sekarang, jika tidak mengikuti tren masa kini (misalnya Pacaran), bisa dibilang tidak gaul atau kudet (kurang update) atau yang tidak punya pacar atau jomblo, dibilang tidak laku. Sebagaimana yang telah kita ketahui istilah pacaran ini dulu sangatlah asing dan tak dikenal oleh para remaja seperti sekarang ini, namun pada dewasanya pacaran sudah merebak bak jamur di musim penghujan baik itu dalam lingkup kota maupun desa pada kalangan remaja di abad ini. Para remaja ini seolah membuat suatu tradisi kebudayaan baru yang dalam hal ini mengusung pacaran sebagai suatu budaya pada masanya. Sebenarnya mungkin itu adalah sautu kewajaran yang biasa dalam pergaulan remaja kini bahkan pacaran ini sekarang dianggap sebagai suatu kewajiban dalam prosesi pergaulan mereka. Padahal ketika dahulu prosesi pacaran ini tidaklah ada bahkan khususnya di Indonesia, pacaran itu dianggap sebagai suatu hal yang dianggap tabu dan bahkan sangat dilarang karena tidak sejalan dengan nilai dan norma khususnya dalam pandangan agama yang pada saat itu sifatnya sangat mengikat kuat terhadap masyarakat.
Lalu kenapa pacaran sekarang seolah menjadi tradisi yang sudah tak mungkin lepas dari kehidupan remaja? Sebelum membahas hal tersebut, kebudayaan sebagaimana yang telah kita ketahui adalah hasil dari cipta, karsa, dan rasa manusia atau dalam pengertian lain, yakni berupa keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar. sedangkan pacaran menurut para remaja sendiri adalah suatu ikatan perasaan cinta dan kasih antara dua individu yakni lelaki dan perempuan untuk menjalin suatu hubungan yang lebih dekat yang pada esensinya untuk saling mengena lebi jauh untuk menuju proses upacara sacral (menikah) atau untuk mencari pasangan hidup yang dianggap cocok. Maka dari pendefinisian itulah pacaran dinggap sebagi salah satu budaya masyarakat khususnya remaja karena merupakan hasil ide, gagasan, dan aktivitas tingkah laku keseharian mereka.
Sehingga pada efeknya sekarang banyak para remaja menganggap bahwa pacaran merupakan suatu hal yang wajib sebagai jalan mendapat jodoh. Pada awalnya pacaran ini merupakan seperti yang telah dikemukakan diatas sebagai prosesi mengenal satu sama lain dengan cara mengikat dan menyatakan hubungan mereka kedalam bentuk yang bisa dikatakan formal agar dapat mengenal secara intim. Namun pada perkembangannya pacaran disini seolah menjadi mode, bila seorang belum pernah pacaran bisa dikatakan ketinggalan zaman. Hal seperti itulah kiranya yang membuat remaja membangun persepsi wajibnya pacaran bagi kalangan mereka.
Kegiatan pacaran ini sebenarnya implikasi dari rasa kebutuhan seseorang atau lebih karena kekurangan mereka dalam mendapat perhatian dan pengertian sebagai makhluk sosial, sehingga timbulah suatu kekuatan atau dorongan alasan yang menyebabkan orang tersebut bertindak untuk memenuhi kebutuhannya, dalam hal ini pacaran Adapun pada dasarnya sekarang motif sosiogenetis yang asalnya hanya menekankan pada individu untuk ingin dimengerti orang banyak menjadi ingin diakuinya individu pada daerah tersebut. Sebagai contohnya hari ini seseorang akan merasa dirinya minder terhadap orang lain yang mempunyai pasangan (pacar) sedangkan ia tidak. Sehingga dapat di gambarkan sebagai berikut: Kebutuhan Motive Bersosial Pengakuan sosial Pacaran Sehingga pada penilaian diatas lingkungan sosial sudah barang tentu sangat mempengaruhi seseorang. Terkait masalah lingkungan sosial yang terjadi, ternyata pacaran sendiri sebenarnya sudah diperkenalkan kepada para remaja antara lain karena pengaruh keluarga khususnya keluarga perkotaan. Dimana sebagian orang tua menganggap jika ingin mendapatkan pasangan hidup yang cocok baiknya harus saling mengenal secara lebih intim lebih dahulu untuk mengetahui sifat-sifatnya seperti apa, apakah akan sejalan dan cocok ataukah tidak dengan menggunakan pacaran sebagai jembatan prosesi tersebut. Akibatnya sekarang dengan adanya dorongan itupun pacaran akhirnya berkembang dari suatu budaya menjadi sebuah tradisi. Budaya pacaran ini pada masyarakat Indonesia dulu tidak terlalu berkembang melesat seperti sekarang.
Salah satu hal yang menjadikan budaya pacaran ini menjadi tradisi adalah pada khalayak remaja adalah tak lain karena pengaruh media teknologi abad sekarang yang selama ini serta merta menyoroti kegiatan-kegiatan remaja yang di dalamnya lebih banyak terfokus kepada pacaran tersebut. Sehingga pada efeknya melalui media para remaja menganggap pacaran sebagai tren atau mode berbudaya pada abad ini. Awalnya pacaran tidak semudah itu merangsek masuk kedalam culture masyarakat Indonesia karena dianggap tidak sesuai dengan nilai dan norma masyarakat khususnya umat beragama Islam. Akan tetapi pacaran yang sebelumnya orang menganggap sebagai sosiopatik atau sakit secara sosial karena menyimpang terhadap norma, sekarang perlahan melumer dan berakulturasi dengan budaya lingkungan sekitar yang karena pengaruhnya ini dibantu oleh media sebagai produk kemajuan teknologi, mekanisasi, industrialisasi dan urbanisasi pada masyarakat modern yang dimana amalgamasi (sambungan, campuran, keluluhan) yang kompleks terjadi dan menghasilkan pacaran sebagai sebuah tradisi kebudayaan pada para remaja khususnya pada perkotaan. Maka dalam hal ini penulis menganggap bahwa pacaran juga merupakan tingkah laku yang dahulu dianggap menyimpang terhadap norma, yang kemudian sejatinya sekarang menjadi meluas pada masyarakat sehingga berlangsunglah deviasi situasional yang kumulatif.
Akan tetapi sebenarnya pacaran tidaklah terlalu menyimpang terlalu jauh selama para remaja masih bisa memegang teguh terhadap nilai budaya masyarakat yang ada. Sebagai kesimpulan akhir penulis berpendapat bahwa pacaran pada buktinya menyatakan adanya inter-dependensi (saling ketergantungan) atau ada ketergantungan-organik diantara disorganisasi social dan pribadi sehingga mempengaruhi kebudayaan sebelumnya pada kebudayaan sekarang dengan mengaitkan pacaran sebagai budaya dan tradisi kontemporer. Pacaran ini pun pada esensinya sangat dipengaruhi oleh media sebagai hasil teknologi yang menyebabkan proses asimilasi menjadi begitu mudah karena lingkup asimilasi kini menjangkau pada ideologi dan budaya setiap individu dengan kemungkinan waktu bersamaan secara kumlatif atau menyeluruh, sehingga terjadilah anggapan ataupun pandangan masyarakat khususnya remaja mengenai pacaran sebagai prosesi kehidupan yang harus dicoba dan dilalui
B. Rumusan Masalah1. Definisi Pacaran
2. Budaya Pacaran di kampus
3. Dampak positif dan negatif budaya pacaran
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan Makalah1. Agar mahasiswa memahami definisi pacaran
2. Agar mahasiswa memahami bagaimana budaya pacaran di kampus
3. Agara mahasiswa memahami dampak positif dan negatif dari budaya pacaran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi yang dibakukan di buku KBBI, kamus resmi bahasa. Buku PIA mengungkap: �Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia , pacar adalah kekasih atau teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta-kasih. Berpacaran adalah bercintaan; [atau] berkasih-kasihan [dengan sang pacar]. Memacariadalah mengencani; [atau] menjadikan dia sebagai pacar.� (PIA: 19) �Sementara kencan sendiri menurut kamus tersebut adalah berjanji untuk saling bertemu di suatu tempat dengan waktu yang telah ditetapkan bersama.� (PIA: 20). Jika definisi-definisi baku tersebut kita satukan, maka rumusannya bisa terbaca dengan sangat jelas sebagai berikut: Pacaran adalah bercintaan atau berkasih-kasihan (antara lain dengan saling bertemu di suatu tempat pada waktu yang telah ditetapkan bersama) dengan kekasih atau teman lain-jenis yang tetap (yang hubungannya berdasarkan cinta-kasih). Singkatnya, pacaran adalah bercintaan dengan kekasih-tetap.
Dating, courtship, atau lebih dikenal dengan istilah pacaran merupakan hal yang normal dialami pada masa remaja (Papalia,2004). pacaran merupakan proses perkenalan antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan. Sebagian besar remaja dipastikan akan mengalami fase dimana mereka akan membina hubungan cinta dengan lawan jenisnya. Beberapa orang bahkan akan mengalami hubungan pacaran lebih dari satu kali. Pacaran dapat diartikan sebagai hubungan antara dua individu yang membuat kesepakatan bersama yang terdiri dari komitmen, intimacy, dan passion, hubungan pacaran merupakan dasar dari perjalanan menuju jenjang pernikahan (Stenberg,1998). Tujuan dari pacaran itu sendiri adalah untuk menemukan dan mencari pasangan yang benar-benar tepat untuk dirinya dan kelak akan menjadi pasangan hidupnya (Dusek,1996).
Awal dari pacaran bermula ketika remaja masuk dalam tahap pubertas. Istilah pubertas berasal dari bahasa latin yang artinya rambut. Pubertas adalah munculnya rambut didaerah genetalia.Bila dilihat dari sudut pandang biologis. Pubertas diawali dengan adanya tanda-tanda kelamin sekunder yang akan membedakan remaja putra dan remaja putri. Menurut Cole dalamWarkitri dan kawan-kawan (2002:21), tanda-tanda tersebut adalah:
1) Tumbuh rambut dibeberapa tempat.
2) Pada anak putra tumbuh jakun, sedangkan putri tumbuh buah dada.
3) Suara pada anak putra merendah, sedangkan anak putri meninggi.
4) Pada anak putra bahu, dada bidang, sedangkan putri adalah pinggul.
5) Otot pada anak putra kelihatan besar.
6) Mulai berfungsi kelenjar keringat
Definisi pacaran yang sebenar-benarnya adalah �persiapan menikah�. Mengingat bahwa menikah merupakan langkah besar dalam kehidupan, kita pada umumnya takkan mungkin siap nikah tanpa mempersiapkannya.
Bila ditinjau secara umum remaja jatuh cinta kepada lawan jenis karena beberapa hal antara lain:
a. karakter
b. fisik
c. agama
d. harta
e. perhatian yang diberikan
Kelley dalam Burhan Shadiq( 2004 : 59 ) membagi cinta menjadi tiga macam yaitu :
a. Cinta nafsu
Cinta jenis ini cenderumg tak terkontrol karena hubungan antara dua orang yang dikuasai oleh emosi.
b. Cinta pragmatis
Cinta jenis ini cenderung dapat mengontrol perasaan
c. Cinta atruistik
Cinta yang disertai kasih sayang yang tak terbatas. Misalnya cinta seorang ibu kepada anaknya
Dalam menjalin hubungan pacaran, terpadat fungsi & pengharapan yang ingin diperoleh oleh individu yang menjalaninnya. Fungsi utama dari pacaran adalah untuk mengembangkan hubungan interpersonal individu pada hubungan heteroseksual bahkan pernikahan. Namun adapula fungsi yang mungkin tidak disadari oleh individu dalam berpacaran yaitu menambah kemampuan interpersonal untuk belajar menghormati satu sama lain.. Pengalaman pacaran dapat menghasilkan pengetahuan baru mengenai apa yang bisa dan apa yang tidak bisa diterima bagi lawan jenisnya. Melalui hubungan pacaran individu juga memiliki pengharapan tersendiri akan pemuasan kebutuhannya. Kebutuhan tersebut dapat berupa kebutuhan afeksi, mendapat dukungan, serta rasa saling menghargai & menyayangi satu sama lain. Namun tidak semua perharapan tersebut dapat diperoleh dalam menjalin hubungan pacaran. Seiring berjalannya waktu, masalah akan datang dan menyebabkan konflik.
Namun dalam masyarakat terdapat sebuah norma dan nilai yang berlaku. Norma adalah aturan-aturan atau pedoman sosial yang khusus mengenai tingkah laku, sikap, dan perbuatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan di lingkungan kehidupannya. Dari sudut pandang umum sampai seberapa jauh tekanan norma diberlakukan oleh masyarakat,norma dapat di bedakan menjadi 5 yaitu,Norma sosial,Norma hukum,Norma sopan santun,Norma agama,dan Norma moral ke limanya(5) ini sangat bermakna dalam kehidupan kita sehari�hari,dan juga berperan penting dalam mengatur segala sesuatu perundan�undangan di indonesia.Khususnya hukum di Indonesia. Sedangkan nilai menurut Nietzsche, nilai yang dimaksudkan adalah tingkat atau derajat yang diinginkan oleh manusia. Nilai, yang merupakan tujuan dari kehendak manusia yang benar, sering ditata menurut susunan tingkatannya yang dimulai dari bawah, yaitu : nilai hedonis (kenikmatan), nilai utilitaris (kegunaan), nilai biologis (kemuliaan), nilai diri estetis (keindahan, kecantikan), nilai-nilai pribadi (susial, baik), dan yang paling atas adalah nilai religius (kesucian). Hal ini menunjukan bahwa Pacaran harus sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.
BAB III
PEMBAHASAN
Pacaran adalah sebuah kegiatan yang dulunya dianggap tabu namun sekarang predikat kewajaran dan keharusan, dimana terjadinya pengenalan lebih mendalam antara kaum adam dan kaum hawa. Hal tersebut dapat menjadi sebuah kewajaran karena sudah dilakukan secara berulang-ulang dan dilakukan secara konsisten.
A. Tahapan Pacaran
1) Tahap ketertarikan
Dalam tahap ini tantangannya ialah bagaimana mendapatkan kesempatan untuk menyatakan ketertarikan dan menilai orang lain. Munculnya ketertarikan kita sama dia, misalnya, karena penampilan fisik (dia cakep/cantik, tinggi), kemampuan (pintar), karakteristik atau sifat misalnya sabar, keren, dan lain-lain. Menurut para ahli, umumnya laki laki pada pandangan pertama lebih tertarik pada penampilan fisik.Sedangkan perempuan lebih karena karakteristik atau kemampuan yang dimiliki laki laki.
2) Tahap ketidakpastian
Pada masa ini sedang terjadi peralihan dari rasa tertarik ke arah rasa tidak pasti. Maksudnya, kita mulai bertanya-tanya apakah dia benar-benar tertarik sama kita atau sebaliknya apakah kita benar-benar tertarik sama dia. Pada tahap ini kita mendadak ragu apakah mau melanjutkan hubungan atau tidak. Kalau kita tidak mampu memahami tahapan ini, kita akan mudah berpindah dari satu orang ke orang lainnya.
3) Tahap komitmen dan keterikatan
Pada tahap ini yang timbul adalah keinginan kita kencan dengan seseorang secara eksklusif. Kita menginginkan kesempatan memberi dan menerima cinta dalam suatu hubungan yang khusus tanpa harus bersaing dengan orang lain. Kita juga ingin lebih rileks dan punya banyak waktu untuk dilewatkan bersamanya.Seluruh energi digunakan untuk menciptakan saling cinta dan hubungan yang harmonis.
4) Tahap keintiman
Dalam tahap ini mulai dirasakan keintiman yang sebenarnya, merasa lebih rileks untuk berbagi lebih mendalam dibandingkan dengan masa sebelumnya, dan merupakan kesempatan untuk lebih mengungkapkan diri kita.Tantangannya adalah menghadapi sisi yang kurang baik dari diri kita. Tanpa pemahaman yang baik bahwa laki laki dan perempuan mempunyai reaksi yang berbeda terhadap keintiman, kita akan mudah mengambil kesimpulan yang salah bahwa terlalu banyak perbedaan antara kita dan dia untuk melanjutkan hubungan.
Dari beberapa tahap diatas, seorang insan yang tengah dimabuk asmara akan merasa mendapatkan sebuah kecocokan dan pada akhirnya akan memutuskan akan ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu sebuah acara yang disebut dengan mahligai pernikahan.
B. Budaya pacaran oleh mahasiswa
Mahasiswa merupakan generasi intelek yang dianggap sebagai punggung pembangunan bangsa.Mahasiswa diharapkan mampu untuk dapat memikul tugas itu secara bersama-sama tanpa ada perasaan untuk mendapatkan rasa imbalan ataupun tanda jasa.Namun, yang terjadi dewasa ini, jika kita lihat dengan seksama mahasiswa dalam keseharian rutinnya berkuliah mulai tergeserkan dengan budaya pacaran. Mahasiswa seolah-olah tengah berada pada situasi yang sangat sempurna, mereka telah menginjak masa dimana para pemuda tengah di mabuk asmara. Rasa ingin tahu dan lebih serius dalam menjalin hubungan dengan lawan jenis telah menghigapi gelagak para mahasiswa.
Namun yang sangat disayangkan, para mahasiswa seolah-olah lupa dengan tugas dan kewajiban utamanya, yaitu menuntut ilmu setinggi mungkin di bangku perkuliahan.Memang benar bahwa pacaran itu memiliki dampak positif juga bagi para mahasiswa, seperti sebagai penyemangat dalam perkuliahan dan kegiatan lainnya. Namun tak sedikit pula yang terlena dengan gejolak asmara yang membabi buta. Dalam hal perkuliahan semangat mereka mulai kendor dengan dalih mereka tengah berada pada titik kejenuhan.Namun setelah diselidiki ternyata mereka �malas� dalam kuliah hanya untuk pacaran saja.Memang sungguh ironis memang ketika mahasiswa sebagai genarasi yang intelek dan mempunyai pikiran yang jangkauannya luas namun terjebak dengan rasa yang sebagian dikuasai oleh nafsu yaitu pacaran.
Tapi jangan dlupakan dampak postitif dari pacaran itu sendiri bagi seorang mahasiswa.Bagi sebagian besar mahasiswa yang mempunyai pikiran yang luas untuk kedepannya, mereka tetap dapat menjaga konsistensi dan perkembangan dalam kuliah.Mereka beranggapan bahwa pacaran itu ialah tuntutan hati dan sebuah kewajaran bila mana seseorang bertatapan dengan lawan jenis yang menimbulkan rasa tertarik. Mahasiswa yang mempunyai pikiran tersebut, dapat seolah-olah pacar tersebut dijadikan efek penyemangat dalam meniti perkuliahan hingga akhirnya lulus menjadi seorang sarjana. Dan yang pasti mahasiswa yang seperti ini tidak akan pernah lupa pada tanggung jawabnya kepada orang tuan yakni untuk berkuliah dengan sungguuh-sungguh dan hingga akhirnya dapat membahagiakan orang tua.
C. Budaya pacaran dalam perspektif Pendidikan kewarganegaraan
Di dalam istilah Pendidikan Kewarganegaraan, memang tidak dimasukkan dalam pembelajarannya.Namun jika kita analisis lebih jauh, Pacaran dalam Pendidikan Kewarganegaraan memang tidak ada larangan untuk membina sebuah tali kasih dan sayang antar sesame manusia.Rasa untuk mencurahkan kasih dan saying kepada seseorang pribadi itu merupakan hak yang dapat dikategorikan Hak Asasi Manusia, dimana hak tersebut melekat pada diri pribadi sejak lahir dan merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa.
Diatur lebih lanjut dalam ideologi bangsa Indonesia sebagai consensus bersama, dimana manusia Indonesia harus saling horma-menghormati satu sama lain mengenai hak dan kewajibannya. Jika kita menilik pada pengertian Pacaran, yaitu sebagai tahap pengenalan lebih jauh antar pasangan, maka ini relevan dengan apa yang diatur dalam konstitusi UUD 1945 pasal 28B ayat 1 yang berbunyi �Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan�. Kita focus pada dalil �setiap orang berhak membentuk keluarga�, kita dapat menganalisis dalam membentuk sebuah keluarga memerlukan tahapan seperti tahap perkenalan untuk mengenal satu sama lain antar pasangan, dan tahap kejenjang yang lebih serius.
Dalam pandangan Pendidikan Kewarganegaraan juga tidak diatur mengenai kepada siapa berpasangan, baik itu kepada sesama umat beragama maupun beda agama.
Namun yang perlu diingat bahwa Indonesia dalam melaksanakan hak dan kewajibannya menerapkan margin of appreciation.Hak seoarang warga Negara Indonesia tidak dilaksanakan secara universal atau tak terbatas, tetapi ada hal yang membatasi hak seorang warga Negara Indonesia, yaitu hak tersebut dalam pelaksanaannya tidak boleh bertentangan dengan filsafat ideology dan kepribadian bangsa Indonesia.
Dari uraian diatas, Pacaran dalam Pendidikan Kewarganegaraan itu tidak dilarang karena merupakan Hak setiap warga Negara.Namun dalam pelakasanaan pacaran tersebut harus tetap menjaga dan menghormati kebiasaan dan pribadi bangsa Indonesia. Jangan samakan antara Pacaran di Indonesia dengan di Negara lain. Di Negara lain dalam berpacaran dapat dibebaskan sebebas-bebasnya karena mereka mengakui hak warga negaranya secara penuh dan Negara dilarang untuk ikut campur dalam masalah hak pribadi warga negaranya. Beda di Indonesia,dimana di daerah hidup pandangan hidup dan kebiasaan yang harus dihormati dan dilaksanakan.
Bagi seorang mahasiswa, dari uraian diatas bahwa pacaran adalah hak setiap warga Negara termasuk mahasiswa. Namun dalam pacaran harus menjaga dan mentaati norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat seperti norma agama, norma kesusilaan, norma kesopanan dan norma hukum.
D. Tips Pacaran Yang Sehat
Pacaran yang sehat dapat diartikan pacaran yang tidak menghilangkan esensi pokoknya yaitu rasa kasih saying tetapi juga tidak melanggar norma-norma yang berada dalam masyarakat.Berikut tips pacaran yang sehat yang dapat kami himpun sebagai berikut;
1) Perbaiki niat
Pacaran pada hakikinya adalah tahap pengenalan pasanganhingga akhirnya bertumpu pada mahligai yang lebih serius.Jangan gunakan pacaran hanya sebagai pelampiasan nafsu atau hanya tuntutan perkembangan zaman.
2) Perkuat pengetahuan tentang agama
Agama merupakan filterisasi yang paling ampuh.Setiap orang yang beragama pasti sudah mebaiat bahwa agama itu selalu benar.Jadi pacaran yang tidak sesuai dan melanggar perintah agama adalah pacaran yang tidak sehat.
3) Hargai norma-norma yang berlaku
Masyarakat Indonesia yang dikenal mempunyai norma dan kepribadian adi luhung yang masih sangat dipegang teguh oleh masyarakatnya. Jangan sampai dalam pacaran melanggar norma yang ada dalam masyarakat baik itu norma kesusilaan dan norma kesopanan. Contohnya jangan bertemu pasangan di waktu malam, berpakaian yang sopan.
4) Jadikanlah pasangan sebagai penyemangat
Dalam dunia kampus yang penuh tekanan, baik itu tekanan akademik maupun tekanan lainnya, pasti mahasiswa membutuhkan penyemangat.Selain orang tua, orang yang paling dekat dan paling tahu tentang diri pribadi adalah penyemangat yang paling manjur.
5) Buatlah sebuah perjanjian
Dalam sebuah hubungan, buatlah sebuah kesepakatan bahwa dalam masa pacaran harus dilaksanakan secara sehat dan tidak melanggar norma-norma yang berlaku.
BAB IV
PENUTUP
A. SimpulanPacaran adalah sebuah kegiatan yang dulunya dianggap tabu namun sekarang predikat kewajaran dan keharusan, dimana terjadinya pengenalan lebih mendalam antara kaum adam dan kaum hawa. Tak terkecuali dengan mahasiswa.Jika ditinjau dari pandangan Pendidikan Kewarganegaraan Pacaran dalam Pendidikan Kewarganegaraan itu tidak dilarang karena merupakan Hak setiap warga Negara.Namun dalam pelakasanaan pacaran tersebut harus tetap menjaga dan menghormati kebiasaan dan pribadi bangsa Indonesia.
B. Saran- Sebagai seorang mahasiswa yang dikenal dengan generasi yang intelek, dalam memandang sesuatu itu haruslah dengan luas, termasuk dalam hal asmara. Mahasiswa harus mengetahui bagaimana hubungan yang sehat itu dimana tidak melanggar norma-norma yang ada dalam masyarakat.
- Dalam makalah ini masih banyak kekurangan, maka perlu diadakan kajian lebih mendalam untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Fatimah Nisa. 2014. Budaya Pacaran dikalangan Mahawiswa dan pandangan Islam terhadap pacaran. Makalah mahasiswa jurusan Ekonomi syariah, Universitas Surya Kencana
Daroeso, Bambang. 1989. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila. Semarang: Aneka Ilmu
Undang-Undang Dasar 1945. 2010. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Yogyakarta: Graha Pustaka
http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2013/05/18/-alasan-anak-muda-menghalalkan-budaya-pacaran-561269.html (Di akses pada tanggal 29 Oktober 2014)