Studio Download dan Ide Kreatif Pembelajaran �Debat Berantai Untuk Menumbuhkan Sikap Kritis dan Minat Belajar Peserta Didik Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan�. Studio Musik
Artikel Ilmiah PKnDEBAT BERANTAI UNTUK MENUMBUHKAN SIKAP KRITIS DAN MINAT BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Oleh :
Zaenul Stiyawan
Prodi Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial,
Universitas Negeri Semarang
Email: zaenulstiyawan@gmail.com
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang harus ada dan harus dilaksanakan sebagaimana telah diatur dalam UU No. 20 Tahun 2003. Bahkan lebih dari itu, pada kurikulum 2013 mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dibebankan menjadi tiga jam pelajaran untuk setiap minggu efektifnya. Di dalam pendidikan kewarganegaraan, seorang guru tidak hanya dituntut untuk meningkatkan intelegensi peserta didik namun juga dituntut untuk bisa membentuk karakter dan moral peserta didik. Namun, dalam kenyataanya, ketertarikan siswa dalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan dinilai kurang dibanding dengan mata pelajaran yang di ujikan dalam ujian nasional dengan alasan mata pelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan dianggap kurang begitu penting bagi siswa dan tidak masuk dalam mata pelajaran ujian nasional. Ketertarikan peserta didik terhadap pendidikan kewarganegaraan memang dinilai sejumlah kalangan sangatlah memprihatinkan. Ataukah itu hanya sebuah ironi atau kewajaran semata. Pendidikan kewarganegaraan dianggap oleh peserta didik kurang menarik dan cenderung membosankan dimana pendidikan moral yang seharusnya dilakukan secara praktek namun kebanyakan hanya disampaikan secara teori saja dan bahkan hanya sebagai formalitas pengantar saja.
Tingkat ketertarikan peserta didik yang sangat kurang tersebut memang dapat dikatakan sebagai ironi diatas ironi. Pendidikan kewarganegaraan sebagai salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk membentuk karakter generasi muda menjadi cambuk yang membalikkan prediksi bahwa pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang dapat dikategorikan mati suri. Dapat hidup dalam suatu masa saja, dan dapat tenggelam dengan sendirinya tanpa bersusah payah meninggalkannya ataupun menghapusnya. Bahkan dapat dikatakan pelaksanaan Pendidikan Kewarganegaraan hanyalah sebagai kiasan formalitas biasa tidak memikirkan apakah tujuan hakiki dari Pendidikan Kewarganegaraan tersebut dapat tercapai atau tidak. Hal tersebut menurut sejumlah kalangan disebabkan oleh tingkatan kreatifitas guru dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dinilai sangat monoton. Peserta didik cenderung pasif, hanya duduk, mendengarkan, mencatat, hingga akhirnya disuruh untuk mengisi lembar jawab pada lembar kerja siswa. Hal tersebut sangatlah hal yang membosankan bagi para peserta didik. Kejenuhan itu berlangsung terus menerus sehingga hakikat dari pembelajaran pendidikan kewarganegaraan tersebut urung tercapai.
Pemecahan masalah yang menerapakan system kasuisme juga dinilai sangat kurang. Pemecahan masalah melalui metode kasuisme dimana merupakan usaha, cara, metode untuk menyelesaikan hal, perkara, soal etis dalam kasus-per kasus (A. Mangunharjana 1997:124). Seyogyanya metode ini merupakan metode yang paling efektif dan cocok dalam pembelajaran pendidikan Kewarganegaraan yang lebih cenderung sebagai pendidikan pembentukan karakter. Retorika pembelajaran dari Pendidikan Kewarganegaraan juga cenderung kurang berkembang. Seorang peserta didik akan mempelajari tentang materi yang sama pada jenjang sebelumnya yaitu di jenjang sekolah menengah pertama. Walaupun hal tersebut dinilai sebagai upaya untuk memperdalam materi, namun menurut peserta didik hal tersebut dinilai menjadi titik utama kejenuhan. Apalagi ditambah dengan tuntutan dari guru untuk bisa menghafalkan materi tersebut, namun tidak adal implementasi langsung dari apa yang mereka hafalkan tersebut. Pembelajaran yang semacam itu akan sulit untuk membantu peserta didik membuka cakrawala ilmu baik itu yang berkaitan dengan politik, hukum dan moral karakter.
Setiap jenjang pendidikan pasti mempunyai rentang usia yang berbeda, dimana usia yang berbeda mempunyai daya pemahaman yang berbeda-beda. Sehingga sulit untuk disamakan dalam hal materi pembelajaran. Daya pemahaman seorang siswa sekolah menengah atas lebih mempunyai daya pemahaman yang sudah cukup matang, berbeda dengan siswa sekolah menengah pertama, dimana siswa tersebut akan mencerna pemahaman pembelajaran secara mentah-mentah tanpa berfikir secara mendalam dahulu. Apalagi dalam pendidikan Kewarganegaraan tidak hanya mengajarkan tentang daya pikir saja tetapi juga pembelajaran moral dan teladan. Untuk itulah penulis memiliki Ide kreatif yaitu �Debat Berantai Untuk Menumbuhkan Sikap Kritis Peserta Didik Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan� yang sekiranya mampu untuk merangsang keaktifan dan minat siswa dalam mata pembelajaran pendidikan kewarganegaraan.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah di sampaikan muncul rumusan masalah, di antaranya:
1. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi minat Siswa terhadap mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan?
2. Bagaimana solusi untuk mengatasi kurangnya minat siswa dalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan?
3. Bagaimana prosedur pelaksanaan debat berantai dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan?
C. IDE KREATIF
Thomas dan rohwer (Achmad Rifai 2012:116) menyebutkan beberapa prinsip efektif adalah Spesifikasi (spesification), Pembuatan (generativity), pemantauan (effective monitoring) kemujaraban personal (personal efficacy). Dari teori tersebut slavin menawarkan tiga strategi belajar yang di anggap effektif bagi siswa dalam menerima pembelajaran. Yaitu: a)membuat catatan; b) belajar kelompok; c) dengan metode P4QR. Ide kreatif penulis di dasari atas metode P4QR oleh slavin yaitu Preview, question, read, reflect on the material, recite, dan review. Dari prosedur yang telah di tawarkan oleh slavin, akan tercakup menjadi satu kesatuan dalam ide kreatif penulis yaitu dengan metode �Debat berantai� yang dianggap mampu menstimulus, mempermudah pemahaman siswa dalam pembelajaran, dan sekaligus mampu meningkatkan minat pembelajaran dalam mata pelajaran PKn. Debat berantai akan merangsang minat siswa untuk membaca, memahami materi, dan menuangkan pemahan dari materi yang dipelajarinya melalui argumen-argumen. Selain itu, metode debat berantai ini dianggap mampu menarik ketertarikan siswa dalam pembelajaran karena, setiap manusia pasti memilki kecenderungan untuk menunjukkan diri bahwa dia yang ter-�baik�. Artinya, dengan metode debat berantai ini siswa akan memiliki ruang untuk kritis dalam berpikir, berargumen serta menunjukkan diri bahwa dia atau kelompoknyalah yang lebih unggul. Dengan adanya motivasi untuk menjadi yang terbaik dalam debat berantai ketika didalam kelas, maka minat untuk memahami materi siswa akan meningkat. Untuk itulah metode ini dianggap mampu mengoptimalkan pemahan siswa serta mampu menumbuhkan sikap kritis siswa dalam pelajaran PKn.
D. TEORI PEMBELAJARAN EFEKTIF
Berkaitan mengenai metode pembelajaran, menurut Ahcmad Rifa�I RC dan Chatarina Tri Anni dalam bukunya �Psikologi Pendidikan� pembelajaran harus mengacu kedalam tiga teori pembelajaran yang harus dipenuhi agar dapat membantu tercapainya tujuan pembelajaran itu sendiri;
a. Teori Belajar Behaviotistik
Belajar merupakan proses perubahan perilaku. Perubahan perilaku yang dimaksud dapat berwujud perilaku yang tampak (overt behavior) atau perilaku yang tidak tampak (innert behavior). Perilaku yang tampak seperti menulis, menggambar sedangkan perilaku yang tidak tampak seperti berfikir, bernalar, dan berkhayal. Proses belajar pada diri individu dapat terjadi dengan berbagai cara. Kadang-kadang proses belajar tersebut dilakukan secara sengaja, sebagaimana ketika peserta didik memperoleh informasi yang disajikan oleh guru di dalam kelas, atau ketika individu membaca berbagai istilah di dalam buku. Kadang-kadang proses belajar itu juga dilakukan secara tidak sengaja, sebagaimana reaksi anak ketika melihat jarum suntik. Namun demikian aktivitas belajar manusia akan berlangsung terus menerus sepanjang waktu.
b. Teori Belajar Kognitif
Psikologi kognitif menyatakan bahwa perilaku manusia tidak ditentukan oleh stimulus yang berada di luar dirinya, melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya sendiri. Faktor-faktor internal tersebut berupa kemampuan atau potensi yang berfungsi untuk mengenal dunia luar, dan dengan pengenalan itu manusia mampu memberikan respon terhadap stimulus. Berdasarkan hal tersebut, psikologi kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus dari luar. Dengan kata lain, aktivitas belajar dalam diri manusia ditekankan pada proses internal dalam berfikir, yakni proses pengolahan informasi.
c. Teori belajar Humanistik
Hasil belajar dalam pandangan humanistic adalah kemampuan peserta didik mengambil tanggung jawab dalam menentukan apa yang dipelajari dan menjadi individu yang mampu mengarahkan diri sendiri (self-directing) dan mandiri (independent). Di samping itu pendekatan humanistic memandang pentingnya penekatanan pendidikan di bidang kreativitas, minat terhadap seni, dan hasrat ingin tahu. Oleh karena itu pendekatan humanistic kurang menekankan pada kurikulum standar, perencanaan pembelajaran, ujian, sertifikasi pendidik, dan kewajiban hadir di sekolah. Prinsip-prinsip dalam teori belajar humanistic adalah dua arah (Self-Direction), Belajar tentang cara-cara belajar (learning how to learn), evaluasi diri (Self-evaluation), Pentingnya perasaan (Importing of Feelings), bebas dari ancaman (Freedom of Threat).
Namun di sini penulis lebih cenderung menggunakan metode Humanistik, mengingat dalam debat berantai siswa akan merasa dirinya bebas berargumen namun tetap mengikuti sistem yang ada. Artinya belajar mengenai bagaimana menghargai pendapat orang lain untuk menjaga perasaan orang lain juga ada. Namun selain teori yang dijelaskan di atas, penulis menggunakan dasar yang paling dominan dan mendasari metode debat berantai ini adalah teori PQ4R.
Robinson (Achmad Rifa�i 2012:117) mengemukakan prosedur yang digunakan dalam metode ini adalah :
- Preview, mensurvai atau membaca dengan cepat materi yang di baca untuk memperoleh gagasan utama dari pengorganisasian materi dan topik serta sub-topik.
- Question, membuat pertanyaan terhadap diri sendiri mengenai materi yang akan dibaca. Namun dalam pelaksanaan metode deba, pertanyaan yang dibuat adalah untuk teman belajar.
- Read . membaca materi.
- Reflect on the material, memahami dan membuat kebermaknaan informasi yang disajikan dengan cara: a) menguhubnugkan materi yang sudah dibaca dengan pengetahuan yang telah dimiliki; b) menghubungkan sub-topik di dalam bacaan dengan konsep atau prinsip yang penting; c) memecahkan materi yang kontradiktif; d) gunakan materi untuk memecahkan masalah yang disarankan oleh materi bacaan
- Recite, praktik mengingat informasi dengan cara menyatakan secara lisan terhadap hal-hal penting, ajukan pertanyaan dan jawab sendiri.
- Review, review secara aktif atas materi yang telah dipelajari, fokuskan pada pertanyaan yang telah dirumuskan dan baca kembali materi yang mendukung jawaban atas pertanyaan yang telah dirumuskan sendiri.
Penulis mendasarkan metodenya dari PQ4R karena menganggap bahwa metode ini sinkron dengan �Metode Debat Berantai� , dan akan terintegrasi di dalamn metode tersebut dan dirasa lebih efektif serta tidak membosankan.
1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan.
Setidak-tidaknya terdapat enam factor yang memiliki dampak substansial terhadap motivasi belajar perserta didik dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
- Sikap merupakan kombinasi dari konsep dan informasi yang didapat oleh peserta didik, dan emosi yang dihasilkan didlam predisposisi untuk merespon orang, kelompok, gagasan, periswtiwa, atau obejek tertentu secara menyenangkan atau tidak menyenangkan. Misalnya dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, seorang peserta didik menceritakan pada teman lainnya bahwa guru yang mengampu PKn itu bersifat sombong dan galak. Sehingga peserta didik yang diberi tahu tersebut akan merasa cemas dan tidak tenang dalam proses pembelajaran tersebut.
- Kebutuhan, merupakan kondisi yang dialami oleh individu sebagai kekuatan internal akan sesuatu. Semua orang merasakan kebutuhan yang tidak pernah berakhir. Kebutuhan mana yang dialami oleh peserta didik sekarng ini akan bergantung pada sejarah belajar individu, situasi sekarang, dan kebutuhan terakhir yang dipenuhi. Beberapa kebutuhan tampak lebih dominan dan berkesinambungan, sementara kebutuhan lainnya kurang dapat diprediksikan. Tidak ada teori psikologi yang mampu merumuskan daftar kebutuhan yang dapat diterima oleh teori psikologi. Kebanyakan kebutuhan betindak sebagai kekuatan internal yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan. Semakin kuat seseorang merasakan kebutuhan, semakin besar peluangnya untuk mengatasi perasaan yang menekankan di dalam memenuhi kebutuhannya.
- Rangsangan, secara langsung membantu memenuhi kebutuhan belajar peserta didik. Apabila peserta didik tidak memperhatikan pembelajran, maka sedikit sekali belajar akan terjadi pada diri peserta didik tersebut.Setiap peserta didik memiliki keingianan untuk mempelajari materi pembelajaran. Namun apabila mereka tidak menermukan proses pembelajaran yang merangsang maka perhatiannya akan menurun. Pembelajaran yang tidak merangsang mengakibatkan peserta didik yang pada mulanya termotivasi untuk belajar pada akhirnya menjadi bosan terlibat dalam pembelajaran.
- Afeksi, konsep berkaitan dengan pengalaman emosional kecemasan, kepedulian, dan pemilikan dari individu atau kelompok atau kelompok pada waktu belajar. Tidak ada kegiatan belajar yang terjadi di dalam kevakuman emosional. Perserta didik merasakan sesuatu saat belajar, dan emosi peserta didik tersebut dapat memotivasinya perilakunya kepada tujuan. Beberapa pakar psikologi menyatakan bahw emosi merupakan penggerak utama perilaku, dan banyak pakar psikologi menerima gagasan bahwa pikiran dan perasaan itu berinteraksi dan juga memandu pada perubahan waktu.
- Kompetensi, apabila peserta didik mengetahui bahwa dia merasa mampu terhadap apa yang telah dipelajari, dia akan merasa percaya diri. Hal ini dating dari kesadara peserta didik bahwa dia secara intensional telah menguasai apa yang telah dipelajari berdasarkan pada kemampuan dan usahanya sendiri.Hubungan antara kompetensi dan kepercayaan diri adalah saling melengkapi. Kompetensi memberikan peluang pada kepercayaan diri untuk berkembang, dan memberikan dukungan emosional terhadap usaha tertentu dalam menguasai keterampilan dan pengetahuan baru. Perolehan kompeten dari belajar baru itu selanjutnya menunjang kepercayaan diri, yang selanjutnya dapat menjadi factor pendukung dan motivasi belajar yang lebih luas.
- Penguatan, terdiri atas penguat positif dan penguat negative. Penguatan positif menggambarkan konsekuensi atas peristiwa itu sendiri. Peserta didik dalam belajar akan disertai dengan usaha yang lebih besar dan belajar lebih efektif apabila perilaku belajarnya diperkuat secara positif oleh pendidik. Penguat negative merupakan stimulus aversif ataupun peristiwa yang harus diganti atau dikurangi intensitasnya. Contohnya seorang guru mata pelajaran PKn harus memberikan dorngan yang positif tentang cara belajar siswanya.
E. PROSEDUR PELAKSANAAN DEBAT BERANTAI
Menurut Wikipedia, Debat merupakan kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara perorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan memutuskan masalah dan perbedaan. Secara formal, debat banyak dilakukan dalam institusi legislatif seperti parlemen, terutama di negara-negara yang menggunakan sistem oposisi. Dalam hal ini, debat dilakukan menuruti aturan-aturan yang jelas dan hasil dari debat dapat dihasilkan melalui voting atau keputusan juri.
Debat akademik yaitu adu argumentasi mengenai analisis akademik menggunakan berbagai macam sudut pandang. Metode ini sangat cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
Di dalam metode debat, terdiri atas berbagai macam unsur dalam pelaksanaannya,
- Berlatih bekerja sama, metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
- Pembelajaran berfokus pada masalah, memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.
- Metode role playing, suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan
Pelaksanaan metode debat berantai
- Guru menerangkan secara singkat, substansi dan intisari beserta tujuan materi pembelajaran sesuai dengan rencan program pembelajaran.
- Guru membagi kelompok kecil dari satu kelas, dimana setiap kelompok mempunyai coordinator kelompok.
- Guru membagi beberapa kelompok menjadi kelompok pro dan kontra.
- Pelaksanaan debat, guru sebagai panelis penengah.
- Dalam waktu yang telah ditentukan, setiap anggota kelompok maju satu per satu beradu argumen dengan kelompok lainnya.
- Dengan metode semacam itu semua anggota kelompok dituntut untuk menguasai materi pembelajaran.
Skema Pelaksanaan Debat berantai
Kelebihan metode ini;
- Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
- Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.
- Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.
- Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.
- Siswa akan lebih mendalami materi yang disampaiakan, karena seperti diketahui materi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan memerlukan pemahaman yang ekstra
Kelemahan metode ini adalah :
- Membutuhkan waktu yang cukup banyak,
- Waktu pengumpulan data yang valid cukup menyita waktu
F. SIMPULAN
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang berada disekolah yang mempunyai tujuan bukan hanya untuk meningkatkan intelegensia peserta didik namun juga bertujuan untuk membentuk dan membina generasi muda yang mempunyai karakter dan pribadi yang baik serta mempunyai rasa cinta tanah air yang tinggi. Namun, kurangnya minat peserta pendidik dalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan hambatan bagi guru dalam membentuk karakter siswa. Untuk itu perlu diperlukan suatu metode pembelajaran yang cocok agar para peserta didik dapat tertarik dan mampu menyerap materi pembelajaran yang disediakan. Salah satu metode yang paling tepat untuk digunakan ialah metode debat berantai.dengan prosedur pelaksanaan yang tepat maka metode ini di anggap efektif untuk meningkatkan
Daftar Pustaka
Daroeso, Bambang. 1989. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila. Semarang: Aneka Ilmu
Mangunhardjana, A. 1997. Isme-Isme Dalam Etika dari A sampai Z. Yogyakarta: Kanisius
Munib, Achmad. 2012. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang : UPT UNNES Press
RC, Achmad Rifai dan Anni, Chatarina Tri. 2012. Psikologi Pendidikan. Semarang : UPT UNNES Press
Haryono. 2009. Model-Model Pembelajaran http://haryono.10182.wordpress.com/tag/metode-debat/ (Diakses pada tanggal 29 september 2014)
Wikipedia. http://id.wikipedia.org/wiki/Debat